Selasa, 29 Juli 2008

RomaNtiSmE...

-FaRah Feddia, Sunday, Oct 28th 2007, 04:56 am-

Selama beberapa tahun menjalani hidup dengan penuh kegalauan dan ketakutan menghadapi kenyataan dalam hubungan pernikahan yang terpampang di dunia luar, akhirnya saya menyadari beberapa hal...ada perbedaan mendasar antara pria dan wanita di sini dalam melihat cinta. Ribuan judul lagu tentang cinta dapat dengan mudah kita temui di pasaran, puisi-puisi cinta dari yang sebenarnya sampai yang gombal, karya seni dari Hamlet sampai Khalil Gibran, film-film romance tentang cinta sejati yang bisa membuat kita menangis terharu seperti salah satu film romantis favorit, yang diangkat dari sebuah novel best seller berjudul The Note Book, yang menurut saya menjadi impian setiap wanita, dan berbagai artikel-artikel tentang cinta. Sepertinya sejauh mata memandang, topik mengenai cinta tidak akan ada habisnya. Padahal, semua karya itu lahir justru karena manusia telah mengalami kegagalan cinta. Bahkan pencipta lagu “Through it ALL” pun menciptakan lagu tersebut setelah merasakan sakit yang teramat sangat setelah mengetahui kekasihnya sudah bersama dengan orang lain, namun dari kegagalan itu ia mencoba kembali berdiri tegak sampai akhirnya ia dapat menciptakan lagu tersebut.
Dengan begitu beragamnya karya seni tentang cinta, banyak orang mengira sudah tahu apa itu cinta, tapi sebenarnya mereka terjebak pada pengertian subjektifnya sendiri. Stereotipe masing-masing orang mengenai cinta berbeda-beda, demikian halnya pandangan antara pria dan wanita. Bila pada masa pacaran yang timbul adalah perasaan cinta yang menggebu-gebu tanpa tanggung jawab seutuhnya, maka setelah memasuki pernikahan, perasaan cinta tersebut hilang dan yang tersisa adalah tanggung jawab demi tanggung jawab belaka.
Pada dasarnya pria dan wanita mempunyai kebutuhan yang sama, yaitu penghargaan diri, rasa dimiliki dan memiliki, tetapi cara pemenuhannya yang berbeda. Jika pria mendapat kepuasan emosinya dari apa yang dapat dicapainya dalam bisnis atau profesinya, sehingga secara keuangan tak tergantung pada orang lain. Sebaliknya, seorang wanita mendapat kepuasan emosi pada saat ia dipuji cantik oleh suaminya, masakannya dibilang enak, pintar menata rumah, etc. Jadi, pada dasarnya pria memperoleh harga diri bila ia dihormati, sedangkan wanita merasa berharga kalau ia dikasihi, diperhatikan, diperlakukan romantis. Karena saya wanita, maka saya melihat dari kacamata seorang wanita.
Seperti kata seorang pakar pernikahan, pada saat mempelai pria dan wanita bergandengan tangan memasuki altar, sebenarnya mereka berdua sedang bergandengan tangan dengan bayangan mereka tentang pasangan masing-masing. Sang pria sedang menikahi seorang wanita yang ada di pikirannya (wanita yang pengertian, lemah lembut, pintar masak, mandiri, etc..) dan begitupula sang wanita sedang menikahi seorang pria yang ada di pikirannya (pria yang bertanggung jawab, romantis, perhatian, penyayang, etc). Baru setelah masa bulan madu berakhir, mereka mengetahui pribadi yang sesungguhnya dari pasangannya masing-masing yang mungkin tidak sesuai dengan yang ada di bayangannya.
Saat memasuki masa pernikahan, banyak wanita merasa frustrasi karena sang wanita selalu menginginkan apa yang disebut “Romantisme Cinta”. Sedangkan, menurut kebanyakan para pria, romantisme hanya dilakukan untuk memenangkan hati sang wanita pada saat pacaran, padahal para wanita selalu merindukan romantisme cinta sepanjang hidupnya, begitu halnya dengan saya dan para wanita kebanyakan. Tapi, semalam saya disadarkan oleh kata-kata seorang wanita jenius yang cukup berpengalaman dalam pernikahan. Beliau berkata bahwa romantisme cinta itu bukanlah dasar yang kuat dalam pernikahan. Itu hanya ada di film-film saja. Jadi jangan mengharapkan romantisme terus-menerus. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kita sering menganggap - Kok pria-pria ini tidak seromantis dulu, tidak perhatian lagi, cuek banget, sok sibuk, etc -. Padahal memang pada dasarnya mereka seperti itu. Jika kita menginginkan romantisme itu, jangan menunggu, tapi ciptakanlah.
Intinya, jangan menyamakan kenyataan di lapangan dengan yang anda lihat di film-film romance. Saya disadarkan, film-film romance memang diciptakan oleh manusia namun kebanyakan film-film itu merupakan impian sang penulis. Biasanya semua berakhir indah, karena setiap orang pasti bermimpi mengakhiri segala sesuatu dengan indah. Tapi pada kenyataannya, tidak ada yang se-perfect itu. Soooo, buat para wanita..jangan selalu menuntut romantisme, atau minta diperhatikan terus-menerus oleh para pria, karena mereka tidak diciptakan Tuhan untuk itu, sekali-sekali bolehlah. Kalau pasangan anda tidak romantis, maka anda yang harus mengajarkannya. Bila tidak bisa juga, nikmati saja romantisme itu sendiri, atau dengan hal-hal yang anda sukai.. Last, but not least, buat pria-pria, walaupun kami bukan yang nomor satu dalam hidup anda, jangan terlalu cuek lha..berikan istri anda di rumah, kekasih anda, SaHaBaT anda atau bahkan MaMa anda sedikit saja hal yang romantis, karena itu dapat MeMpERpAnJaNg umur mereka..ga dosa kan berlaku lebih romantis.. Hehehe PEACE...

PS : Have a Romantic day my friendsss..

CheeRs,

FaRah Feddia

Minggu, 27 Juli 2008

Tanpa JuDuL...


-my sWeet RooM, Sunday, Dec 10 2006, 05:12 am-

Setelah sekian lama saya renungkan, dan semalam saya tidak bisa tidur memikirkan ini (yang mungkin menurut anda sangat tidak penting untuk dipikirkan), ironis sekali memang melihat jumlah perbandingan antara pria dan wanita di dunia ini (di mana wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria (dan itu sering dijadikan alasan oleh para pria bahwa mereka memang pantas memiliki lebih dari satu pasangan hidup). Saya yang kebetulan berasal dari Planet Venus (baca: Wanita) sedang melakukan penelitian terhadap psikologi makhluk yang berasal dari negeri “Antah Berantah” (baca: Pria). Mungkin karena berbeda asal-usul, kami sering merasa asing dan saling tidak mengerti (persamaan kami hanyalah : kami sama2 manusia dan memiliki hembusan nafas). Namun yang sampai sekarang saya tidak mengerti kenapa dalam diri mereka tidak mengenal adanya rasa “Puas”. Puas di sini jangan dikategorikan dengan kepuasan seksual (walaupun itu juga termasuk), namun lebih pada puas terhadap apa yang mereka miliki dan dapatkan.
Memang tidak dapat saya pungkiri, kami dari Planet Venus pun adakalanya melihat kaum dari bangsa kami juga melakukan hal serupa. Beberapa teman kami kadang memiliki perilaku sama seperti makhluk2 dari negeri “Antah Berantah” tersebut. Namun setelah ditilik lebih lanjut ternyata mereka mencontoh itu dari makhluk2 asing tersebut (baca : Pria). Entah itu dari kekasih, mantan kekasih, teman, bahkan ayah mereka sendiri.
Satu pertanyaan saya (yang mungkin bila ada salah satu dari kalian para makhluk asing—Pria-- rela memberikan jawaban yang sampai sekarang masih merupakan misteri bagi kami), “Hal atau perilaku seperti apa yang harus kami berikan atau lakukan untuk membuat kalian menjadi Puas (Puas dalam arti kata tulus, tidak dibuat-buat dan tidak bersifat sementara)?”. Karena saya dan kaum sebangsa saya seringkali merasa apa yang kami berikan, apa yang kami lakukan, berakhir dengan kekecewaan dan rasa sakit hati yang teramat sangat. Mungkin sifat buruk kami (yang mau saya buka di sini) terkadang kami berharap sesuatu (yang menurut saya tidak terlalu tinggi, namun rupanya sangat sulit untuk dijalankan) semacam kesetiaan, yang menjadikan kami sangat sensitif (kadang disebut posesif atau cemburuan).
Seperti yang kita ketahui, menurut standar dunia, seorang wanita yang sempurna haruslah memiliki 3B (beauty, brain, behaviour), kami mengira wanita seperti itu pastilah akan memiliki Pria yang akan selalu senantiasa puas berada disampingnya (setia). Dan jarang sekali ada wanita seperti itu (kadang kita hanya melihat contoh paling kongkrit adalah Miss Universe), namun fakta menunjukkan seorang wanita sekelas Miss Universe saja yang notabene sudah memiliki 3B tersebut tetap saja disakiti oleh pasangannya (anda pasti ingat ketika Marc Anthony menceraikan istrinya –salah seorang Miss Universe (berasal dari India)—dan memilih menikah dengan Jeniffer Lopez). Dan begitu banyak jutaan kasus lain kaum kami yang disakiti oleh pasangannya (mungkin lebih terlihat pada kasus rumah tangga, walaupun banyak juga yang masih pada tahap pacaran). Kita lihat juga data statistik yang menunjukkan bahwa kaum kami (baca: Wanita) lebih banyak yang mau dijadikan ‘Yang Kedua’. Lebih banyak wanita yang mau menjadi ‘Wanita simpanan’, ‘Istri Ke dua’, ‘TTM-an’ what else..dibandingkan ‘Pria simpanan’, ‘Pria Ke dua’, ‘Suami Ke dua’ (kecuali karena suaminya telah dipanggil Tuhan, itupun jarang dilakukan, karena jujur, kami lebih baik sendiri dan memelihara cinta yang dulu pernah ada). Apa yang harus kami lakukan dan kami perbuat lagi untuk mendapatkan sedikit saja rasa tenang dan nyaman tanpa harus takut akan kehilangan.
Kadang makhluk-makhluk dari negeri Antah Berantah (baca: Pria) sering menganggap kami hanya mencintai uang mereka alias materialistis, mereka menganggap banyak wanita yang mau dijadikan wanita cadangan (terlalu kasar rasanya menyebut kaum kami sendiri ‘simpanan’) hanya karena uang. Walaupun yang tampak di permukaan adakalanya terlihat seperti itu, namun sesungguhnya (saya membeberkan satu rahasia lagi) kami hanya membutuhkan tempat untuk bersandar, tempat untuk mengadu, disayang dengan sepenuh hati, rasa nyaman tanpa takut harus kehilangan. Banyak sekali kasus wanita-wanita yang masih sangat muda mencintai bos-bos tua (yang notabene katanya bergelimang harta), namun dibalik semua itu, bukan itu yang kami mau, karena berdasarkan fakta, mereka mencari figur ayah pada bos-bos tersebut yang tidak mereka dapatkan (anda boleh cek, bahwa para wanita simpanan sebagian besar berasal dari keluarga yang “Broken Home” atau ditinggalkan orang tuanya sejak kecil).
Apabila kalian (baca: Pria) menganggap kami mau bersama kalian (baca: Pria) hanya karena uang, jabatan ataupun wajah ganteng kalian, saya tegaskan sekali lagi “Itu hanya yang kalian lihat di permukaan”, cobalah untuk menganalisa kami lebih dalam lagi. Bukan itu yang kami butuhkan. Saya dengan amat sangat rela memberikan seluruh harta saya (deposito saya yang walaupun tidak seberapa) untuk membeli rasa nyaman tadi, rasa cinta yang sepenuh dan setulus hati tanpa ada rasa takut untuk ditinggalkan sewaktu-waktu (bukan ditinggal karena dipanggil Tuhan, namun ditinggal karena sudah bosan, jenuh, terlebih karena kalian tertarik pada sesuatu yang lain, karena sekali lagi dengan tegas saya katakan “Jauh lebih baik kami ditinggalkan karena kalian –-Pria— dipanggil Tuhan dibandingkan kalian meninggalkan kami karena yang lain”).
Bahkan salah seorang petinggi di tempat saya menimba ilmu (tidak perlu disebutkan namanya karena bisa jadi anda mengenalnya), pernah mengatakan kepada saya ketika kami berbincang-bincang mengenai kehidupan, “Itulah kalian para wanita, kalian terlalu posesif dan mengekang kami, kalian seharusnya percaya, kami menyukai kebebasan, dan kami tahu batasannya”, dan saya hanya tersenyum saat beliau mengatakan itu. Namun sesungguhnya hati saya sangat miris saat mendengar sebenarnya dia pernah berselingkuh, walaupun pada akhirnya dia kembali lagi pada istrinya. Jadi, berapa harga kepercayaan kami?
Saya sangat menyadari ketika ada salah seorang sahabat saya dari negeri “Antah Berantah” mengatakan, “Jadi cowok tuh enak, tinggal mau usaha sedikit (dalam hal pendidikan dan karier) pasti dia bisa dapetin apa yang dia mau, coba aja liat artis2, suaminya jarang ada yang ganteng, tapi bermodal semua”. Sekali lagi, itu hanya di permukaan. Bila kita lihat, artis2 tersebut sesungguhnya sudah memiliki banyak sekali harta dari hasil kerja mereka. (Lihat Mayangsari yang mau pacaran dengan salah seorang anak pejabat), apakah benar karena uang dan hartanya?tidak juga, karena Mayang sudah bisa memiliki rumah mewah dari hasil penjualan albumnya. Coba lihat acara-acara di televisi, kenapa sampai ada “Playboy Kabel”, bukannya “Playgirl Kabel”. Coba lihat di berita-berita (bukan infotainment) berapa banyak kasus para politisi pria yang berselingkuh. Sampai orang yang saya kagumi karena kecemerlangan pikirannya dalam bisnis dan menentang perang (salah satu mantan presiden AS), juga diturunkan karena skandal perselingkuhannya. Dan pasti Anda juga tidak pernah lupa dengan salah seorang Pangeran Inggris yang sudah memiliki istri yang sangat cantik, baik, berhati mulia, membuat banyak pria tergila-gila, dikenang rakyatnya sampai akhir hayatnya, dan menjadi “Candle in The Wind” di Inggris menceraikan sang istri dan memilih wanita lain. Sampai kasus AA Gym (nah ini saya lihat di infotainment baru kemarin) yang akan menikah lagi. Dan begitu banyak kasus lain di luar sana yang tidak dapat saya sampaikan di sini.
Mungkin memang mudah dan gampang menipu kami, berikan kami sedikit kepura-puraan, sedikit kelemah-lembutan, berikan kami pinjaman sayap anda sampai kami bisa merasa seakan-akan terbang ke langit ke tujuh, lalu cabut sayap tadi dan kami akan jatuh, mati.
Salah seorang sahabat saya (yang juga dari negeri “Antah Berantah”) pernah mengatakan “Cowok itu ada 1001 macam”. Yah mungkin diantara 1001 macam Pria itu ada 1 orang Pria yang betul-betul tulus dan bersedia untuk puas hanya pada satu anggota dari kaum kami (baca: Wanita). Namun heiiii!!! Jumlah kami sangatlah banyak (bahkan lebih banyak dari kalian), mau dikemanakan teman-teman saya yang lain. Apakah mereka harus menderita, saya tidak rela melihat mereka seperti itu, kami memiliki satu hati. Dan jujur-sejujur-jujurnya, selama 21 tahun saya transmigrasi ke Bumi (ingat.. saya kan berasal dari Planet Venus), belum pernah saya bertemu dengan 1 orang pria tersebut dari 1001 macam pria yang saya temui. Jadi, apakah Tuhan menciptakan Adam untuk menyakiti sang Hawa?
Tanpa mau memaparkan jutaan fakta lain (yang mungkin ternyata kesalahan saya hanya melihat kalian –-Pria— dari permukaan saja), sekarang saya mau mematikan komputer saya dan tetap menyimpan satu pertanyaan tadi, dan apabila ada beberapa dari kalian para transmigran dari negeri “Antah Berantah” (baca: Pria) memiliki jawabannya, silahkan email saya di :
green_barbie@yahoo.com, saya amat berterima kasih padanya dan saya akan membawa berita ini ke Planet Venus tempat kami berasal.







CheeRs,

Venus’S (Barbie)